Masalah Yang ditimbulkan Sampah Plastik
Sampah plastik membawa dampak negatif yang luar biasa bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Dampak atau bahaya dari sampah jenis plastik ini antara lain; pencemaran air laut yang dapat mengganggu rantai makanan dan membunuh hewan laut, pencemaran air tanah karena sampah plastik tidak mudah terurai, penyebab polusi udara yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, menimbulkan racun karena memproduksi plastik menggunakan bahan kimia beracun, biaya penanggulangan dan pengelolaan sampah plastik sangat mahal dan dapat menurunkan pendapatan negara dari sektor pariwisata.
Sampah Plastik di Sekitar Kita: Antara Kebutuhan dan Masalah yang Ditimbulkan
Di Indonesia masih banyak ditemukan pemakaian plastik yang merupakan salah satu material digunakan untuk kemasan sekali pakai. Namun sayang, pengelolaan sampah plastik di Indonesia belum dikelola dengan baik. Salah satu penyumbang masalah utama dalam pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah maupun laut adalah sampah plastik. Masalah ini timbul dikarenakan sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai, butuh ratusan tahun bila terurai secara alami.
Apa itu Sampah Plastik?
Sampah plastik adalah semua barang bekas atau tidak terpakai yang materialnya diproduksi dari bahan kimia tak terbarukan. Sebagian besar sampah plastik yang digunakan sehari-hari biasanya dipakai untuk pengemasan. Jadi, kantong plastik juga masih sering dipakai sebagai tempat sampah organik yang akan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Melansir Daihatsu.co.id dari situs UN Environment, bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik biasanya berasal dari minyak, gas alam, dan batu bara. Sejak 1950, sampah plastik yang diproduksi mencapai 8,3 miliar ton dan sekitar 60% plastik berakhir di tempat pembuangan sampah atau tercecer di lingkungan alam. Secara tidak sadar, penggunaan plastik mungkin sudah menjadi comfort zone bagi banyak orang. Saat berbelanja, kemasan dan kantong plastik juga menjadi alternatif yang praktis, mudah didapatkan. Bagi para pelaku industri, bahan plastik juga relatif murah dibandingkan material lainnya.
Maraknya Plastik Sekali Pakai
Reza mengungkapkan bahwa plastik sekali pakai menjadi penyumbang terbesar jumlah sampah di Indonesia. Keberadaannya sudah banyak ditemui di daratan hingga perairan.
"Lebih dari 60% plastik yang dihasilkan secara global termasuk oleh Indonesia itu adalah plastik sekali pakai contohnya botol air minum atau plastik pembungkus makanan," kata Reza.
Bahkan, menurut Reza sampah di Indonesia ikut mencemari daerah di luar negeri. Ia menemukan fakta bahwa sampah dari Indonesia telah berujung di Afrika Selatan hingga Madagaskar.
"Sampah Indonesia ini sebanyak kurang lebih 20% menuju Afrika Selatan dalam waktu satu tahun. Keluar dari Samudra Hindia sampai Samudra Pasifik," katanya.
Ia melanjutkan, "Sampah dari sungai Cisadane menuju madagaskar dalam waktu kurang 1 tahun atau 6 bulan saja," tutur Reza.
Solusi Terbaik Untuk Mengurangi Sampah Plastik
Langkah terbaik dalam mengurangi sampah plastik adalah menggunakan bahan organik yang lebih mudah terurai. Yang perlu dibiasakan di masa pandemi ini adalah membawa peralatan makan yang terbuat dari Stainless steel dan kayu untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, misal sendok plastik yang merupakan salah satu sampah dari alat makan plastik sekali pakai. Beberapa kebiasaan kecil yang dapat mengurangi potensi sampah plastik antara lain membiasakan masak di rumah. Dengan membiasakan masak di rumah, bisa mengurangi potensi penggunaan sampah plastik. Apalagi di era digital seperti saat ini, dengan anggapan lebih praktis dan lebih hemat waktu, banyak yang memesan makanan siap saji dan pasti dikemas dengan bahan plastik. Sadarkah anda bahwa dengan memesan makanan siap saji justru akan menambah sampah plastik. Selalu membawa tas belanja atau goodie bag saat bepergian. Saat ini sudah banyak minimarket atau supermarket yang tidak menyediakan kantong plastik untuk wadah belanjaan. Selalu bawa tas belanja atau goodie bag meski tidak niat untuk berbelanja, setidaknya hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu punya niat untuk belanja. Belanja dengan ukuran yang lebih besar misal membeli kecap kemasan yang biasanya 500 ml diganti menjadi 1 liter, membeli minyak goreng kemasan 1 liter diganti yang kemasan 2 liter dan seterusnya. Gunakan lap kain basah untuk mengganti penggunaan tisu basah. Penggunaan tisu basah memang lebih praktis untuk membersihkan beberapa peralatan rumah tangga, tapi tanpa disadari ternyata tisu basah mengandung resin plastik yang sangat sulit larut dalam air. Alangkah lebih bijaksana apabila penggunaan tisu basah diganti dengan lap basah saja. Masalah sampah plastik mungkin terkesan sepele, tapi dampaknya bagi lingkungan sangat luar bisa. Bukan untuk masa yang akan datang tapi juga di masa sekarang. Mulailah lebih bijaksana dari sekarang untuk mengurangi penggunaan bahan keperluan rumah tangga yang berbahan plastik. Selamatkan pencemaran lingkungan dari sampah plastik ya!.
ARTIKEL DLH, KULON PROGO – Keberadaan sampah plastik harus diakui tidak dapat terhindarkan, hampir di setiap penjuru lingkungan sekitar kita.
Jika dicermati, saat ini berbagai produk plastik terdapat kode-kode tertentu. Kode menyatakan jenis plastik yang membentuk material, sehingga mempermudah untuk mendaur ulang.
Contohnya adalah kode segitiga 3 R dengan angka di tengah-tengahnya. Angka menunjukkan jenis plastiknya dan kadang pula diikuti dengan singkatan, seperti:
PET (Polietilena Tereftalat), pada umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.
HDPE (High Densy Polyethylene) atau Polietilena berdensitas tinggi, biasanya terdapat pada botol detergen.
PVC (Polivinil Klorid), biasanya terdapat pada pipa dan furniture lainnya.
LDPE (Low Density Polyethylene) atau Polietilena berdensitas rendah, biasanya terdapat pada bungkus makanan.
PP (Polipropilena), umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.
PS (Polistirena), umumnya terdapat pada kotak makanan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.
Semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat, maka akan semakin bertambah pula sampah plastik yang dihasilkan. Wajar jika kemudian menjadi permasalahan lingkungan yang serius.
Perlu diketahui bahwa sampah plastik sangat sulit untuk hancur. Dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun agar terurai. Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain dengan 6 R, sebagai berikut:
Menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan dahulu untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan bahan awal. Contohnya: memakai sampah plastik sebagai bahan baku kerajinan, ban bekas dikemas menjadi tempat duduk, dan sebagainya.
Memanfaatkan barang bekas dengan mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos.
Merupakan semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Contoh: pergi belanja membawa keranjang/tas belanja dari rumah.
Menggantikan dengan bahan yang bias dipakai ulang sebagai upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah. Contoh: membungkus kue menggunakan daun pisang.
Mengisi kembali wadah-wadah produk kemasan yang habis dipakai. Contoh: memanfaatkan botol parfum untuk diisi kembali dengan parfum isi ulang.
Melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah produksi sampah. Contoh: sandal yang talinya putus, diperbaiki kembali dengan tali yang baru, tanpa perlu beli sandal baru selama masih layak.
Di samping alternatif solusi di atas, dilansir dari berbagai sumber, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan sampah plastik sebagai sumber energi. Semoga berhasil dan terealisir dengan baik. (Prd)
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova mengatakan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik ke-2 terbesar di dunia. Hal tersebut telah diungkap juga dalam riset Jambeck (2015).
"Indonesia penghasil sampah plastik nomor 2 terbesar di dunia. Nomor satunya China," kata Reza dalam acara Media Lounge Discussion di Gedung BRIN, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).
Namun, sejauh pengamatan Reza dan peneliti lainnya kondisi pengelolaan sampah di Indonesia dan Cina masih jauh berbeda. Bahkan ia ragu bahwa Indonesia-lah yang menjadi penyumbang sampah terbesar pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan saya baru pulang dari Cina bulan lalu, setelah tiga bulan ada di sana, tapi saya lihat tidak separah di Indonesia ya. Jangan-jangan kita yang nomor satu," ungkapnya.
Kebutuhan Plastik dan Produksi Sampah Plastik
Kantong plastik masih menjadi isu pembicaraan penting di dunia pengelolaan sampah. Harganya yang relatif murah, mudah digunakan dan gampang diperoleh, membuat kantong plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Hampir semua kemasan makanan dan pembungkus barang dan makanan menggunakan plastik dan kantong plastik. Belum lagi plastik untuk kebutuhan lain seperti peralatan dan perabotan rumah tangga, alat olahraga, mainan anak-anak, peralatan elektronik maupun medis, dan sebagainya. Melansir dari inswa.or.id Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Tidak saja di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang. Penggunaan material plastik saat ini di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, dan di Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Masih dari inswa.or.id, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, yang menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah adalah jenis sampah plastik dan mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah. Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12 persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya. Jenis sampah plastik juga ditemukan pada jenis barang plastik yang penggunaanya bertahan lama seperti pada peralatan perlengkapan dan perabotan, dan barang plastik yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti, diaper, kantong plastik, cangkir sekali pakai, perkakas, dan perlengkapan medis.(inswa.or.id)
Melansir Daihatsu.co.id Selama masa pandemi Covid-19, sampah menjadi permasalahan baru yang muncul di lingkungan. Dilansir dari BBC Indonesia, jumlah layanan GoFood meningkat hingga 20%, sementara GrabFood juga mengalami peningkatan sebesar 4%. Frekuensi belanja online di Jabodetabek diperkirakan naik dari 1 – 5 kali sebulan menjadi 1 – 10 kali. Sementara berdasarkan survei LIPI pada 20 April – 5 Mei 2020, disebutkan bahwa aktivitas belanja online juga meningkat hingga 62% dengan 96% dari total jumlah paket menggunakan selotip, pembungkus plastik, dan bubble wrap. Pembelian alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan face shield juga meningkat dari 4% menjadi 36%.
Dana Pengelolaan Sampah di Daerah Belum Jelas
Menurut Reza rata-rata program pengelolaan sampah di beberapa daerah banyak terhenti. Masalahnya karena pergantian kepemimpinan kepala daerah dan sejenisnya.
"Kita dari pusat sudah mengkaji seperti ini dan menduga implementasinya seperti ini, tapi tidak terealisasi karena pemerintah daerahnya kurang optimal," kata Reza.
Selain itu, hal yang menjadi sorotan lain Reza adalah belum jelasnya dana pengelolaan sampah di setiap daerah. Sehingga, menjadi tantangan besar menurutnya dalam mengurangi sampah plastik secara nasional.
"Tidak ada anggaran untuk pengelolaan dan banyak masalah politis. Pernah beberapa kali kami menemui pemerintah daerah, mereka bilang sudah melakukan program ini itu tapi tak berlanjut di periode kepemimpinan berikutnya," kata Reza.
Kantong plastik menjadi isu pembicaraan penting akhir-akhir ini di dunia pengelolaan sampah. Harganya yang murah, gampang ditemukan, dan mudah digunakan membuat kantong plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Hampir semua kemasan makanan dan pembungkus barang dan makanan menggunakan plastik dan kantong plastik. Belum lagi plastik untuk kebutuhan lain seperti peralatan dan perabotan rumah tangga, mainan anak-anak, alat olahraga, peralatan elektronik maupun medis, dan sebagainya.
Plastik baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20. Namun penggunaannya berkembang secara luar biasa dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Plastik menjadi primadona karena beberapa sifatnya yang istimewa yakni, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan; bobotnya ringan sehingga bisa menghemat biaya transportasi; tahan lama; aman dari kontaminasi kimia, air dan dampaknya; aman sebagai kemasan barang maupun makanan; dan tahan terhadap cuaca dan suhu yang berubah; dan yang lebih penting lagi adalah harganya murah.
Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan di setiap belahan bumi. Tidak saja di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang. Saat ini penggunaan material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Akibat sampah plastik yang memerlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai kembali ke bumi, 57 persen sampah yang ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman sampah plastik di samudera pasifik sudah mencapai hamper 100 meter. Bahkan menurut catatan lebih dari 1 juta burung dan 100 ribu binatang laut
Di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah.
Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12 persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya. Jenis sampah plastik juga ditemukan pada jenis barang plastik yang penggunaanya bertahan lama seperti pada peralatan perlengkapan dan perabotan, dan barang plastik yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti, diaper, kantong plastik, cangkir sekali pakai, perkakas, dan perlengkapan medis.
Sementara itu, Inggris memproduksi sedikitnya 3 juta ton sampah plastik setiap tahun. Sebanyak 56 persen dari jumlah tersebut berasal dari kemasan, dan 75 persen (dari persentase kemasan) berasal dari sampah rumah tangga. Sampah kantong plastik yang dihasilkan oleh Kota Jakarta saja dalam sehari mencapai 1.000 ton. Sampai saat ini belum ada pengelolaan khusus sampah plastik di tingkat kota. Namun pemulung memiliki peran yang sangat penting dalam mata rantai daur ulang sampah plastik yang dilakukan secara informal. Namun seiring dengan produksi plastik yang meningkat tajam dari tahun ke tahun, kemampuan mendaur ulang Amerika juga menunjukkan kondisi yang sangat memuaskan. Saat ini, 80 persen masyarakat di sana telah memiliki akses pada kegiatan daur ulang plastik. Ini seiring pertumbuhan bisnis daur ulang yang meningkat, tercatat lebih 1.600 unit usaha terlibat dalam daur ulang plastik sehingga berbagai jenis plastik bisa didaur ulang.
Selain memperkenalkan kegiatan daur ulang plastik, ilmuwan juga terus dipicu untuk bisa mencari alternatif lain bahan pengganti plastik konvensional. Maka saat ini mulailah diperkenalkan plastik ramah lingkungan, degradable plastic, biodegradable plastic, atau bio plastik di tengah masyarakat. Di Jakarta, tiga produsen baru-baru ini memperkenalkan dirinya memproduksi plastik ramah lingkungan di Indonesia. Ketiganya memiliki produk yang berbeda tapi fokus produknya sama yakni, menyediakan alternatif kantong dan kemasan plastik yang ramah lingkungan.(InSWA)
Seiring kemajuan teknologi, industri lain mulai beralih ke plastik sebagai bahan baku produksinya. Saat ini, semakin banyak barang yang terbuat dari plastik. Sebut saja peralatan makan, alat elektronik, furnitur, dan fashion. Perkembangan ini secara drastis meningkatkan produksi plastik, sedangkan daur ulang plastik menjadi tidak efektif. Selain itu, banyak orang yang memilih untuk membakar sampah, termasuk plastik.
Saat ini ada lebih dari 150 juta ton plastik di perairan Dunia. Jumlah ini meningkat 8 juta ton lagi setiap tahunnya. Jika plastik masa lalu belum terurai dengan sempurna, bisa dibayangkan betapa menumpuknya ketika sampah baru terus bertambah setiap harinya. Padahal ada 5% plastik dapat di daur ulang secara efektif, namun faktanya di Indonesia sendiri belum menerapkan sistem daur ulang yang tepat terhadap sampah plastik.
Indonesia Peringkat Kedua Penyumbang Sampah Terbesar Di Dunia
Indonesia menjadi negara peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut di Dunia, berada satu posisi dibawah China sebagai peringkat pertamanya. Crup Penelitian Jambeck menerbitkan temuan mereka tentang sampah plastik di laut dalam jurnal yang berjudul Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean
Data ini mengesahkan bahwa Indonesia mendapat peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke lautam di Dunia. China menjadi negara penghasil sampah terbesar di lautan dengan 262,9 juta ton sampah. Diikuti Indonesia sebanyak 187,2 juta ton, Filiphina sebanyak 83,4 juta ton, Vietnam 55,9 juta ton, dan Sri Lanka sebanyak 14,6 juta ton sampah.
Di Indonesia ada lebih dari setengah atau sekitar 57% sampah di lautan Indonesia yang merupakan sampah plastik. Seperti yang kita tahu, plastik merupakan limbah yang sangat sulit terurai. Butuh sekitar 20-50 tahun untuk dapat terurai, sedangkan butuh 400 tahun untuk sampah dapat hancur di dalam air.
Dalam prosesnya sendiri, sampah hancur menjadi partikel-partikel kecil, menyebar di seantero perairan dan tanpa sadar dikonsumsi oleh hewan laut sehingga sampah tersebut perlahan membunuh makhluk hidup di lautan.
Fakta sampah plastik di lautan selanjutnya adalah bahwa partikel plastik (mikroplastik) bukanlah satu-satunya dampak negatif bagi biota laut. Dalam jangka panjang, manusia juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi karena masyarakat mengkonsumsi ikan dan hasil laut. Ikan / makhluk laut yang menelan mikroplastik menelan racun. Racun ini diteruskan kepada mereka yang memakannya.
Pengelolaan Sampah di Indonesia
Lantas bagaimanakah pengelolaan sampah sejauh ini di Indonesia ?
1. 70,4% sampah ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di tahun 2019, da lebih dari 380 TPA di Indonesia, setidaknya ada 8.200 hektar yang sebagian akan atau sudah penuh oleh tumpukan sampah.
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Indonesiabaik.id - Sampah plastik selalu menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Sifat sampah plastik tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.
Untuk pencemaran di laut, Indonesia merupakan penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. Penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin yang dilakukan di pasar Paotere Makassar menunjukkan 23% sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik di perutnya.
Jika diolah dengan baik, sampah plastik daur ulang dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik.
Pemerintah pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif sampah plastik. Seperti yang dilakukan di Bali, tepatnya Kabupaten Badung, disana dilakukan pengelohan sampah menjadi Bahan Makar Minyak (BBM). Begitu juga kota Surabaya, diluncurkan Suroboyo Bus, untuk tiketnya dapat diperoleh dengan menukarkan sampah plastik.
Produsen Pengelola Sampah di RI Masih Sedikit
Reza melihat produsen yang mengelola sampah menjadi produk di Indonesia masih sedikit. Jumlahnya tak sebanding dengan total sampah yang ada.
"Pengelolaan sampah menjadi produk baru di Indonesia belum sekuat di luar negeri. Karena kebanyakan teman-teman yang ada di NGO (non government organization) dan yang peduli dengan sampah seringkali melihatnya dari segi industri, ini untung atau tidak," kata Reza.
Selain itu, menurut Reza masih ada stigma di masyarakat yang mengatakan bahwa produk dari daur ulang sampah berbahaya bagi kesehatan. Mereka juga banyak yang berpikir apakah produk hasil recycle ini akan mencemari lingkungan kembali atau tidak.
"Menurut saya, itu adalah langkah awal yang sangat bagus. Paling tidak sampai 5-10 tahun ke depan," kata Reza.
Ia dan pihak BRIN sejauh ini telah melakukan berbagai riset soal potensi dari sampah plastik ini. Ia berharap pemerintah dan pihak lain bisa turun tangan dalam membantu mengurangi jumlah sampah di Indonesia.
"Kita melakukan riset, dari hasil riset yang ada misalnya dari bidang oseanografi itu kita melihat berapa banyak jumlah sampah dari daerah mana sih dari provinsi mana sih, lalu data tersebut kami berikan ke pemerintah di daerah tersebut," pungkasnya.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dilansir dari Kompas.id, proyeksi timbulan sampah plastik di Indonesia terus meningkat dalam hampir sedekade terakhir.
Hal ini sejalan dengan proyeksi timbulan sampah umum nasional yang juga terus bertambah selama periode yang sama.
Pada 2017, misalnya, proyeksi timbulan sampah plastik nasional mencapai 9,2 juta ton. Jumlah itu setara 13,98% dari total volume timbulan sampah RI.
Timbulan sampah plastik di dalam negeri diproyeksikan terus bertambah selama 2017 hingga 2025 mendatang.
Adapun timbulan sampah plastik pada 2025 diproyeksikan mencapai 9,9 juta ton, juga setara 13,98% dari total volume timbulan sampah periode tersebut.
Indonesia kerap disorot sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia dan juga buruk dalam penanganan sampahnya.
Sebelumnya, United Nations Environment Programme (UNEP) memprediksi jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem laut akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040, apabila tak ada upaya untuk mencegah polusi tersebut.
Organisasi PBB tersebut mencatat, jumlah polusi plastik sekitar 9-14 juta ton pada 2016. Jumlah sampah polusi plastik tersebut berpotensi mengalami lonjakan menjadi 23-27 juta ton pada 2040. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati saat konferensi pers Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), dilansir dari Katadata, Selasa (6/2/2024)
(Baca: 10 Negara Penyumbang Sampah Plastik Terbanyak ke Laut, RI Peringkat Berapa?)
JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi sampah plastik di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan di tahun 2022, total sampah plastik mencapai 12,54 juta ton.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar menyampaikan timbunan sampah plastik di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1995.
“Sepanjang tahun 2022, ada 69 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia, di mana 18,2 persen atau 12,5 juta ton adalah sampah plastik. Jumlahnya naik terus secara eksponensial sejak 1995,” ungkap Novrizal dalam Webinar "Invest Solutions For Plastic Pollution", Kamis (15/6/2022).
Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Resta Pendopo Km 456 Jalankan Program Inovasi Lingkungan
Menurutnya, salah satu penyumbang naiknya jumlah sampah plastik adalah perilaku masyarakat Indonesia yang kerap menggunakan plastik sekali pakai.
Plastik-plastik sekali pakai tersebut kemudian menjadi sampah dan dapat menimbulkan efek buruk bagi lingkungan bila masuk ke perairan atau tanah.
“Karena itu, masyarakat kita dorong semaksimal mungkin agar ada gerakan-gerakan partisipasi misalnya gerakan bersih sampah hingga terlibat dalam kegiatan social ecopreneur,” paparnya.
Novrizal menegaskan pemerintah juga terus mengkampanyekan agar masyarakat bisa menerapkan pola hidup minim sampah.
Ada tiga hal yang dikampanyekan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah sampah plastik. Pertama, batasi penggunaan barang-barang sekali pakai khususnya single use plastic.
Baca juga: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu IKN Dibangun Tahun Ini
Kedua, mendorong masyarakat mulai belanja mulai tanpa kemasan. Jadi saat pergi ke pasar atau supermarket harus membawa kantong belanja sendiri.
Ketiga, melakukan pemilahan sampah dari rumah sendiri. Jadi sampah plastik tidak lagi tercampur dengan sampah organik sehingga mudah didaur ulang.
Mengganti cup plastik dengan tumbler pribadi
Hampir di setiap penjuru lingkungan, keberadaan sampah plastik tak bisa dihindari. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun.
Bukan rahasia umum lagi bahwa sampah plastik tidak bisa terurai begitu saja. Bahkan, beberapa jenis sampah plastik baru bisa terurai setelah ratusan tahun.
Minimnya kesadaran tentang dampak sampah plastik masih menjadi ironi. Lingkungan air, tanah, dan udara menjadi sasaran utama. Lantas siapa sasaran berikutnya? Tentulah manusia. Berbagai senyawa kimia yang terkandung di dalamnya bisa menimbulkan beragam masalah kesehatan bagi manusia.
Kesadaran untuk menghindari penggunaan plastik secara berlebihan menjadi salah satu solusinya. Dimulai dengan memperhatikan penggunaan plastik diri sendiri. Langkah ini sekaligus melestarikan bumi tercinta. Bagaimana caranya?
1. Membawa Kantong Belanja Sendiri Meskipun kantong plastik memang praktis, tapi hal inilah yang membuat sampah pada bumi terus bertumpuk tak terkendali. Membawa kantong belanja sendiri saat belanja atau bepergian adalah cara yang paling mudah untuk berkontribusi mengurangi sampah pribadi.
2. Membawa Botol Minum atau Tumbler Apa yang dibutuhkan ketika haus? Tentu, air minum. Ketika haus jawabannya tidak harus membeli air minum kemasan. Lebih baik menyiapkan air minum dari rumah dengan menggunakan botol minum atau tumbler. Selain bentuk dari peduli terhadap lingkungan, membawa botol minum sendiri juga bisa menghemat uang.
3. Tidak Menggunakan Sedotan Plastik Sedotan plastik memang terlihat remeh. Tapi bayangkan jika ribuan orang yang berfikir seremeh itu?. Tentulah sangat berdampak bagi lingkungan. Sekarang, mulailah mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu atau kertas yang ramah lingkungan.
4. Hindari Membeli Makanan dan Minuman Kemasan Plastik Usahakan, jangan membeli produk dalam kemasan sachet, tapi belilah produk yang dikemas dalam ukuran besar untuk mengurangi sampah. Jika memungkinkan, pilih produk yang dikemas dalam botol kaca atau daun.
5. Daur Ulang Sampah Plastik Tidak semua plastik bisa didaur ulang. Namun, beberapa barang, seperti botol minuman dan pot tanaman dapat dilakukan proses recycle. Kreasikan sampah plastik menjadi hiasan atau barang lain yang dibutuhkan di rumah.
SAMPAH PLASTIK DI SEKITAR KITA: ANTARA KEBUTUHAN DAN MASALAH YANG DITIMBULKAN
Admin dlh | 27 April 2022 | 167516 kali